Banyak hal yang menarik untuk dibicarakan mengenai kehidupan di pulau
Lombok, khususnya mengenai sejarah asal usul masyarakat, kerajaan yang
pernah ada, keyakinan dan agama, hingga objek wisata yang di tawarkan.
Sehingga dalam kesempatan ini saya mencoba mengangkat sebuah tema
mengenai beberapa hal yang ada di pulau Lombok. Berikut penjelasannya:
1. Pendahuluan
Lombok (penduduk pada tahun 1990: 2.403.025) adalah sebuah pulau di
kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara yang terpisahkan oleh Selat
Lombok dari Bali di sebelah barat dan Selat Alas di sebelah timur dari
Sumbawa. Pulau ini kurang lebih bulat bentuknya dengan semacam “ekor” di
sisi barat daya yang panjangnya kurang lebih 70 km. Pulau ini luasnya
adalah 4.725 km² (sedikit lebih kecil daripada Bali). Kota utama di
pulau ini adalah Kota Mataram.
Selat Lombok menandai jalan
masuk dari pemisah biogeografis antara fauna di wilayah Indomalay dan
perbedaan fauna yang sangat jelas di Australasia dikenal dengan Wallace
line, diambil dari nama penemunya Alfred Russel Wallace.
Pemetaan pulau Lombok didominasi oleh stratovolcano Gunung Rinjani, yang
mencapai tinggi 3.726m (12.224 kaki), yang membuat Gunung Rinjani
menjadi gunung tertinggi ketiga di Indonesia. Di lembah Gunung Rinjani,
Anda akan menemukan hutan hijau yang rimbun, sawah dan air terjun yang
indah.
Pusat keramaian yang paling berkembang di sebelah barat
adalah Senggigi, tersebar 30 kilometer sepanjang jalan pantai disebelah
utara Mataram, Sementara para divers biasanya berkumpul bersama di Gili,
yang berada di pantai barat.
Bagian selatan dari pulau Lombok
adalah tanah yang subur dimana jagung, kopi, tembakau dan kapas tumbuh.
Salah satu tujuan wisata yang populer adalah Kuta, terkenal dengan
pantai yang belum tersentuh dan beberapa orang menganggap pantai ini
adalah salah satu tempat berselancar terbaik di dunia.
Dalam
total area sebesar 4.752km2 (1.825 sq mi) terdapat 2.950.105 orang
(2005), 85% adalah suku Sasak, yang awalnya diperkirakan berpindah dari
Jawa pada awal abad sebelum Masehi. Sejak populasi suku Sasak
mempelajari Islam, pemandangan di pulau Lombok mulai banyak dipenuhi
dengan Masjid-masjid dan menaranya, dan di desa tradisional suku Sasak,
Anda bisa menemukan kehidupan pedesaan dengan budayanya yang unik.
Penduduk lain termasuk 10-15% orang Bali, dengan selebihnya adalah orang
Cina, Arab, Jawa dan Sumbawa.
2. Sejarah awal mula Era Pra
Sejarah tanah Lombok tidak jelas karena sampai saat ini belum ada
data-data dari para ahli serta bukti yang dapat menunjang tentang masa
pra sejarah tanah Lombok ini.
Suku Sasak temasuk dalam ras tipe
Melayu yang konon telah tinggal di Lombok selama 2.000 tahun yang lalu
dan diperkirakan telah menduduki daerah pesisir pantai sejak 4.000 tahun
yang lalu. Dengan demikian perdagangan antar pulau sudah aktif sejak
zaman tersebut dan bersamaan dengan itu saling mempengaruhi antarbudaya
juga telah menyebar.
Lombok Mirah Sasak Adi adalah salah satu
kutipan dari kita Negarakertagama, sebuah kitab yang memuat tentang
kekuasaan dan pemerintahaan kerajaan Majapahit. Kata “Lombok” dalam
bahasa kawi berarti lurus atau jujur, kata “mirah” berarti permata, kata
“sasak” berarti kenyataan, dan kata “adi” artinya yang baik atau yang
utama. Maka arti keseluruhannya yaitu kejujuran adalah permata kenyataan
yang baik atau utama. Makna filosofi itulah mungkin yang selalu di
idamkan leluhur penghuni tanah Lombok yang tercipta sebagai bentuk
kearifan lokal yang harus dijaga dan dilestariakan oleh anak cucunya
(Sasak children). Dalam kitab – kitab lama, nama Lombok dijumpai disebut
Lombok mirah dan Lombok adi . Beberapa lontar Lombok juga menyebut
Lombok dengan gumi selaparang atau selapawis.
Asal-usul
penduduk pulau Lombok terdapat di beberapa versi, salah satunya yaitu
kata “sasak” secara etimilogis menurut Dr. Goris. s. berasal dari kata
“sah” yang berarti pergi dan “shaka” yang berarti leluhur. Berarti pergi
ke tanah leluhur orang Sasak (Lombok). Dari etimologis ini di duga
leluhur orang Sasak adalah orang Jawa. Terbukti pula dari tulisan Sasak
yang oleh penduduk Lombok disebut Jejawan, yakni aksara Jawa yang
selengkapnya diresepsi oleh kesusastraan Sasak.
Sasak
traditional merupakan etnis mayoritas penghuni pulau Lombok, suku Sasak
merupakan etnis utama meliputi hampir 95% penduduk seluruhnya. Bukti
lain juga menyatakan bahwa berdasarkan prasasti tong – tong yang
ditemukan di Pujungan, Bali, Suku Sasak sudah menghuni pulau Lombok
sejak abad IX sampai XI Masehi, Kata Sasak pada prasasti tersebut
mengacu pada tempat suku bangsa atau penduduk seperti kebiasaan orang
Bali sampai saat ini sering menyebut pulau Lombok dengan gumi sasak yang
berarti tanah, bumi atau pulau tempat bermukimnya orang Sasak.
Sejarah Lombok tidak lepas dari silih bergantinya penguasaan dan
peperangan yang terjadi di dalamnya baik konflik internal, yaitu
peperangan antar kerajaan di Lombok maupun ekternal yaitu penguasaan
dari kerajaan di luar pulau Lombok. Perkembangan era Hindu, Buddha,
memunculkan beberapa kerajaan seperti Selaparang Hindu, dan Bayan.
Kerajaan-kerajaan tersebut dalam perjalannya di tundukan oleh penguasa
dari kerajaan Majapahit saat ekspedisi Gajah Mada di abad XIII – XIV dan
penguasaan kerajaan Gel – Gel dari Bali pada abad VI.
Antara
Jawa, Bali dan Lombok mempunyai beberapa kesamaan budaya seperti dalam
bahasa dan tulisan. Jika di telusuri asal – usul mereka banyak berakar
dari Hindu Jawa. Hal itu tidak lepas dari pengaruh penguasaan kerajaan
Majapahit yang kemungkinan mengirimkan anggota keluarganya untuk
memerintah atau membangun kerajaan di Lombok. Pengaruh Bali memang
sangat kental dalam kebudayaan Lombok hal tersebut tidak lepas dari
ekspansi yang dilakukan oleh kerajaan Bali sekitar tahun 1740 di bagian
barat pulau Lombok dalam waktu yang cukup lama. Sehingga banyak terjadi
akulturasi antara budaya lokal dengan kebudayaan kaum pendatang. Hal
tersebut dapat dilihat dari terjelmanya genre – genre campuran dalam
kesenian. Banyak genre seni pertunjukan tradisional berasal atau diambil
dari tradisi seni pertunjukan dari kedua etnik. Sasak dan Bali saling
mengambil dan meminjam sehingga terciptalah genre kesenian baru yang
menarik dan saling melengkapi.
Gumi Sasak silih berganti
mengalami peralihan kekuasaan hingga ke era Islam yang melahirkan
kerajaan Islam Selaparang dan Pejanggik. Ada beberapa versi masuknya
Islam ke Lombok sepanjang abad XVI Masehi. Yang pertama berasal dari
Jawa dengan cara Islam masuk lewat Lombok timur. Yang kedua peng-Islaman
berasal dari Makassar dan Sumbawa. Ketika ajaran tersebut diterima oleh
kaum bangsawan ajaran tersebut dengan cepat menyebar ke
kerajaan–kerajaan di Lombok timur dan Lombok tengah.
Mayoritas
etnis sasak beragama Islam, namun demikian dalam kenyataanya pengaruh
Islam juga berakulturasi dengan kepercayaan lokal sehingga terbentuk
aliran seperti wektu telu, jika dianalogikan seperti abangan di Jawa.
Pada saat ini keberadaan wektu telu sudah kurang mendapat tempat karena
tidak sesuai dengan syariat Islam. Pengaruh Islam yang kuat menggeser
kekuasaan Hindu di pulau Lombok, hingga saat ini dapat dilihat
keberadaannya hanya di bagian barat pulau Lombok saja khususnya di kota
Mataram.
Silih bergantinya penguasaan di Pulau Lombok dan
masuknya pengaruh budaya lain membawa dampak semakin kaya dan beragamnya
khasanah kebudayaan Sasak. Sebagai bentuk dari Pertemuan (difusi,
akulturasi, inkulturasi) kebudayaan. Seperti dalam hal kesenian, bentuk
kesenian di Lombok sangat beragam. Kesenian asli dan pendatang saling
melengakapi sehingga tercipta genre-genre baru. Pengaruh yang paling
terasa berakulturasi dengan kesenian lokal yaitu kesenian bali dan
pengaruh kebudayaan Islam. Keduanya membawa kontribusi yang besar
terhadap perkembangan kesenian-kesenian yang ada di Lombok hingga saat
ini. Implementasi dari pertemuan kebudayaan dalam bidang kesenian yaitu,
yang merupakan pengaruh Bali; Kesenian Cepung, cupak gerantang, Tari
jangger, Gamelan Thokol, dan yang merupakan pengaru Islam yaitu kesenian
Rudad, Cilokaq, Wayang Sasak, Gamelan Rebana.
3. Kajian tentang kerajaan-kerajaan di Lombok
Di antara sumber sejarah yang bisa digunakan untuk menjelaskan asal
usul dari Lombok adalah Babad Lombok. Menurut Babad Lombok, kerajaan
tertua di pulau Lombok bernama Kerajaan Laeq. Tapi, sumber lain, yaitu
Babad Suwung menyatakan bahwa, bahwa kerajaan tertua di Lombok adalah
kerajaan Suwung yang dibangun dan diperintah oleh Raja Betara Indera.
Setelah Kerajaan Suwung ini surut, baru muncul Kerajaan Lombok. Mana
yang benar, Laeq atau Suwung? Semuanya masih dalam perdebatan.
Secara selintas, urutan berdirinya kerajaan-kerajaan di daerah ini bisa
dirunut sebagai berikut, dengan catatan bahwa ini bukan satu-satunya
versi yang berkembang. Pada awalnya, kerajaan yang berdiri adalah Laeq.
Diperkirakan, posisinya berada di kecamatan Sambalia, Lombok Timur.
Dalam perkembangannya, kemudian terjadi migrasi, masyarakat Laeq
berpindah dan membangun sebuah kerajaan baru, yaitu kerajaan Pamatan, di
Aikmel, desa Sembalun sekarang. Lokasi desa ini berdekatan dengan
Gunung Rinjani. Suatu ketika, Gunung Rinjani meletus, menghancurkan desa
dan kerajaan yang berada di sekitarnya. Para penduduk menyebar
menyelamatkan diri ke wilayah aman. Perpindahan tersebut menandai
berakhirnya kerajaan Pamatan.
Setelah Pamatan berakhir,
muncullah kerajaan Suwung yang didirikan oleh Batara Indera. Lokasi
kerajaan ini terletak di daerah Perigi saat ini. Setelah kerajaan Suwung
berakhir, barulah kemudian muncul kerajaan Lombok. Seiring perjalanan
sejarah, kerajaan Lombok kemudian mengalami kehancuran akibat serangan
tentara Majapahit pada tahun 1357 M. Raden Maspahit, penguasa kerajaan
Lombok melarikan diri ke dalam hutan. Ketika tentara Majapahit kembali
ke Jawa, Raden Maspahit keluar dari hutan dan mendirikan kerajaan baru
dengan nama Batu Parang. Dalam perkembangannya, kerajaan ini kemudian
lebih dikenal dengan nama Selaparang.
Berkaitan dengan
Selaparang, kerajaan ini terbagi dalam dua periode: pertama, periode
Hindu yang berlangsung dari abad ke-13 M, dan berakhir akibat ekspedisi
kerajaan Majapahit pada tahun 1357 M; dan kedua, periode Islam,
berlangsung dari abad ke-16 M, dan berakhir pada abad ke-18 (1740 M),
setelah ditaklukkan oleh pasukan gabungan kerajaan Karang Asem, Bali dan
Banjar Getas.
Sebelum Abad ke 16 Lombok berada dalam kekuasan
Majapahit, dengan dikirimkannya Maha Patih Gajah Mada ke Lombok. Pada
akhir abad ke 16 sampai awal abad ke 17, lombok banyak dipengaruhi oleh
Jawa Islam melalui dakwah yang dilakukan oleh Sunan Giri, juga
dipengaruhi oleh Makassar. Hal ini yang menyebabkan perubahan agama di
suku Sasak, yang sebelumnya Hindu menjadi Islam.
Pada awal abad
ke 18 M, Lombok ditaklukkan oleh kerajaan Gel Gel Bali. Peninggalan
Bali yang sangat mudah dilihat adalah banyaknya komunitas Hindu Bali
yang mendiami daerah Mataram dan Lombok Barat. Beberapa Pura besar juga
gampang di temukan di kedua daerah ini. Lombok berhasil bebas dari
pengaruh Gel Gel setelah terjadinya pengusiran yang dilakukan kerajaan
Selapang (Lombok Timur) dengan dibantu oleh kerajaan yang ada di Sumbawa
(pengaruh Makassar). Beberapa prajurit Sumbawa kabarnya banyak yang
akhirnya menetap di Lombok Timur, terbukti dengan adanya beberapa desa
di Tepi Timur Laut Lombok Timur yang penduduknya mayoritas berbicara
menggunakan bahasa Samawa.
Uraian di atas setidaknya bisa
menunjukkan bahwa, kerajaan-kerajaan tersebut benar-benar ada, pernah
berdiri, berkembang kemudian runtuh. Bagaimana informasi selanjutnya,
seperti kehidupan sosial budaya masyarakat awam dan keluarga istana saat
itu? Data sejarah yang ada belum banyak mengungkap fakta tersebut.
Menurut Lalu Djelenga, catatan sejarah yang lebih berarti mengenai
kerajaan-kerajaan di Lombok dimulai dari masuknya ekspedisi Majapahit
tahun 1343 M, di bawah pimpinan Mpu Nala. Ekspedisi Mpu Nala ini dikirim
oleh Gajah Mada sebagai bagian dari usahanya untuk mempersatukan
seluruh Nusantara di bawah bendera Majapahit. Pada tahun 1352 M, Gajah
Mada datang ke Lombok untuk melihat sendiri perkembangan daerah
taklukannya.
Menurut Djelenga, ekspedisi Majapahit ini
meninggalkan jejak kerajaan Gel gel di Bali. Sedangkan di Lombok,
berdiri empat kerajaan utama yang saling bersaudara, yaitu: kerajaan
Bayan di barat, kerajaan Selaparang di Timur, kerajaan Langko di tengah,
dan kerajaan Pejanggik di selatan. Selain keempat kerajaan tersebut,
terdapat beberapa kerajaan kecil, seperti Parwa dan Sokong Samarkaton
serta beberapa desa kecil, seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng,
Kuripan, dan Kentawang. Seluruh kerajaan dan desa ini takluk di bawah
Majapahit. Ketika Majapahit runtuh, kerajaan dan desa-desa ini kemudian
menjadi wilayah yang merdeka.
Di antara kerajaan dan desa-desa
di atas, yang paling terkemuka dan paling terkenal adalah kerajaan
Lombok yang berpusat di Labuhan Lombok. Pusat kerajaan ini terletak di
Teluk Lombok yang strategis, sangat indah dengan sumber air tawar yang
banyak. Posisi strategis dan banyaknya sumber air menyebabkannya banyak
dikunjungi pedagang dari berbagai negeri, seperti Palembang, Banten,
Gresik, dan Sulawesi. Berkat perdagangan yang ramai, maka kerajaan
Lombok berkembang dengan cepat.
Kedatangan Penjajah Belanda
Belanda telah datang dan berhasil menundukkan banyak kerajaan di
nusantara. Watak imperialisme Belanda yang ingin menguasai seluruh jalur
perdagangan di nusantara telah menimbulkan kemarahan Kerajaan Gowa di
Sulawesi. Jalur perdagangan di utara telah dikuasai oleh Belanda. Untuk
mencegah jatuhnya jalur selatan, kemudian Gowa berinisiatif menutup
jalur selatan dengan menguasai Pulau Sumbawa dan Selaparang. Kedatangan
penjajah Eropa juga membawa misi kristenisasi, karena itu, Gowa kemudian
menaklukkan Flores Barat dan mendirikan Kerajaan Manggarai untuk
mencegah kristenisasi tersebut.
Ekspansi Gowa menimbulkan
kekhawatiran Gelgel. Untuk mencegah agar Gelgel tidak dimanfaatkan
Belanda, maka Gowa kemudian mengadakan perjanjian dengan Gelgel tahun
1624 M, yang disebut Perjanjian Sagining. Dalam perjanjian diatur,
Gelgel tidak akan mengadakan perjanjian kerjasama dengan Belanda,
sementara Gowa akan melepaskan kekuasaannya atas Selaparang. Perjanjian
ini tidak berlangsung lama, karena masing-masing pihak melanggar isi
perjanjian tersebut.
Untuk mengimbangi Gelgel yang bekerjasama
dengan Belanda, kemudian Gowa bekerjasama dengan Mataram di Jawa.
Selanjutnya, dalam usaha untuk memperebutkan hegemoni, akhirnya pecah
peperangan antara Gowa dan Belanda di Lombok. Dalam perang tersebut,
Gowa mengalami kekalahan, hingga terpaksa menandatangani perjanjian
dengan Belanda di Bungaya. Bungaya merupakan sebuah tempat yang terletak
dekat pusat Kerajaan Gelgel di Klungkung, Bali, dan merupakan simbol
dari dekatnya hubungan antara Gelgel dengan Belanda.
Konsekwensi kekalahan Gowa dari Belanda adalah, Gowa harus melepaskan
seluruh daerah kekuasaannya di Lombok, Sumbawa dan Bima. Memanfaatkan
kekosongan Gowa tersebut, Gelgel kembali mencoba menaklukkan Selaparang,
namun selalu menemui kegagalan.
Walaupun Selaparang telah
berhasil mengalahkan Gelgel, namun, wilayah kerajaan ini belum
sepenuhnya aman dari ancaman eksternal. Dalam perkembangannya, kemudian
berdiri dua kerajaan baru pada tahun 1622 M, yaitu Kerajaan Pagutan dan
Pagesangan. Untuk mengantisipasi ancaman, kemudian Selaparang
menempatkan sepasukan kecil tentara untuk menjaga perbatasan di bawah
pimpinan Patinglaga Deneq Wirabangsa.
Ternyata, kehancuran
Selaparang bukan karena serangan dua kerajaan kecil ini, tapi akibat
serangan ekspedisi tentara Kerajaan Karang Asem tahun 1672 M. Pusat
Kerajaan Selaparang rata dengan tanah, sementara keluarga kerajaan
semuanya terbunuh. Sejak saat itu, Kerajaan Karang Asem menjadi penguasa
tunggal di Lombok.
4. Kehidupan Sosial Budaya Di masa
Prabu Rangkesari, Lombok (Selaparang) mencapai masa kejayaannya. Saat
itu, kehidupan budaya berkembang pesat. Para cerdik pandai dari
Selaparang menguasai dengan baik bahasa Kawi, bahasa yang berkembang di
nusantara ketika itu. Berkat kemajuan dalam dunia sastra tersebut,
akhirnya, para cendekiawan Selaparang berhasil menciptakan aksara baru,
yaitu aksara Sasak yang disebut Jejawen.
Dengan bekal
pengetahuan bahasa Kawi, Sasak dan aksara Sasak, para sastrawan
Selaparang banyak mengarang, menggubah, mengadaptasi, atau menyalin
sastra Jawa kuno ke dalam lontar-lontar Sasak. Di antara lontar-lontar
tersebut adalah Kotamgama, Lapel Adam, Menak Berji dan Rengganis. Selain
itu, para pujangga juga banyak menyalin dan mengadaptasi ajaran sufi
para walisongo. Salinan dan adaptasi tersebut tampak dalam lontar-lontar
yang berjudul Jatiswara, Lontar Nursada dan Lontar Nurcahya. Bahkan
hikayat-hikayat Melayu pun banyak yang disalin dan diadaptasi, seperti
Lontar Yusuf, Hikayat Amir Hamzah dan Hikayat Sidik Anak Yatim.
Kajian yang lebih mendalam terhadap lontar-lontar tersebut akan mampu
mengungkap kondisi sosial, budaya dan politik masyarakat Lombok pada
saat itu. Dalam bidang sosial politik misalnya, Lontar Kotamgama
menggariskan sifat dan sikap seorang pemimpin, yakni Danta, Danti,
Kusuma, dan Warsa. Danta berarti gading gajah, artinya, apabila
dikeluarkan, tidak mungkin dimasukkan lagi; Danti berarti ludah,
artinya, apabila sudah dilontarkan ke tanah, tidak mungkin dijilat lagi;
Kusuma berarti kembang, artinya, bunga yang sama tidak mungkin mekar
dua kali; Warsa artinya hujan, artinya, apabila telah jatuh ke bumi,
tidak mungkin naik kembali menjadi awan. Itulah sebabnya, seorang raja
atau pemimpin hendaknya berhati-hati dalam setiap tindakan, agar tidak
melakukan banyak kesalahan.
Demikianlah, Kerajaan Selaparang
muncul, berkembang kemudian runtuh. Walaupun demikian, sisa-sisa
peradaban tulis yang ditinggalkannya menunjukkan bahwa, kehidupan budaya
di negeri ini cukup semarak dan berkembang.
5. Suku di Lombok (suku Sasak)
Jika diperhatikan secara fisik, suku Sasak ini lebih mirip orang Bali
dibandingkan orang Sumbawa. Dari aspek ini bisa jadi orang Sasak berasal
dari Bali. Sekarang tinggal di cari orang Bali berasal dari mana?
Berikut ini adalah foto dari raja lombok :
Foto : Raja Lombok
Bukti otentik suku Sasak
Beberapa minggu yang lalu, ada seorang yang mengirimkan ke saya sebuah
bukti otentik asal usul suku Sasak yang disimpan keluarganya di Lombok
Tengah. Bukti tersebut berupa silsilah keluarga yang berujung pada
sebuah nama: Datu Pangeran Djajing Sorga (dari Majapahit, Kabangan, Jawa
Timur). Dari bukti otentik tersebut, jelaslah terlihat bahwa suku Sasak
yang mendiami Pulau Lombok, sebenarnya berasal dari Jawa.
Bahasa
Bahasa Sasak, terutama aksara (bahasa tertulis) nya sangat dekat dengan
aksara Jawa dan Bali, sama sama menggunakan aksara Ha Na Ca Ra Ka …dst.
Tapi secara pelafalan cukup dekat dengan Bali.
Menurut
Ethnologue yang mengumpulkan semua bahasa di dunia, bahasa Sasak
merupakan keluarga (Languages Family) dari Austronesian
Malayo-Polynesian (MP), Nuclear MP, Sunda-Sulawesi dan Bali-Sasak.
Sementara kalau kita perhatikan secara langsung, bahasa Sasak yang
berkembang di Lombok ternyata sangat beragam, baik dialek (cara
pengucapan) maupun kosa katanya. Ini sangat unik dan bisa menunjukkan
banyaknya pengaruh dalam perkembangannya. Saat Pemerintah Kabupaten
Lombok Timur ingin membuat Kamus Sasak saja, mereka kewalahan dengan
beragamnya bahasa Sasak yang ada di lombok Timur, walaupun secara umum
bisa diklasifikasikan ke dalam: Kuto-Kute (Lombok Bagian Utara),
Ngeto-Ngete (Lombok Bagian Tenggara), Meno-Mene (Lombok Bagian Tengah),
Ngeno-Ngene (Lombok Bagian Tengah), Mriak-Mriku (Lombok Bagian Selatan).
Dari aspek bahasa, Papuk Bloq, bisa jadi berasal dari Jawa
(Malayo-Polynesian), Vitname atau Philipine ( Austronesian), atau dari
Sulawesi (Sunda-Sulawesi). Semoga Dewan Adat Sasak segera menerbitakan
buku Sejarah Sasak dan merampungkan Kamus Bahasa Sasak.
6. Kehidupan Spiritual di Lombok Pengaruh Hindu – Buddha
Ajaran Hindu-Bali dibawa langsung oleh pemeluknya, para imigran dari
Pulau Bali sejak permualaan abad ke 17 Masehi. Hindu-Bali adalah
sinkretisasi ajaran Hindu-Buddha, yang juga disebut Siwa-Buddha. Menurut
Sartono Kartodirjo (1975).
Foto 10: Pura Milu Kelepuk, Lombok
Sebelum imigran dari Bali datang, pulau yang molek dan subur ini,
dinamakan Gumi Selaparang dan di huni oleh orang Sasak. Sampai abad ke
17, terdapat dua buah kerajaan Sasak yaitu Kerajaan Pejanggik di Lombok
Tengah sebagai kerajaan pedalaman dan kerajaan Selaparang sebagai
kerajaan pesisir yang ibu kotanya di Kayangan, Labuhan Lombok di Lombok
Timur.
Memasuki abad ke 17 (1600an), secara bergelombang
imigran dari Karang Asem- Bali datang ke Pulau Lombok untuk membuka
lahan pertanian dan mendirikan pemukiman. Penduduk baru ini datang,
selain karena kerajaanya diganggu oleh kerajaan kerajaan tetangganya di
Bali, juga karena wilayah tofografinya kurang menguntungkan untuk
pertanian, dengan kawasan tanah perbukitan. Pemukiman-pemukiman itu
dikenal dengan nama Sengkongok (di kaki Gunung Pengsong), Pagutan,
Pagesangan, dan Mataram (di Kodya Mataram) dan Tanaq Embet (di
Senggigi).
Pengaruh Islam Pada awal mula masuknya agama
Islam ke Pulau Lombok, penduduknya banyak yang menganut Animisme, tapi
datangnya salah seorang kiyai dari Jawa yaitu Sunan Prapen maka beberapa
tempat yang menjadi basisnya masih bisa ditemukan sampai sekarang.
Dalam hal penyebaran agama islam, mula-mula peranan para sufi sangat
menentukan disamping para pedagang yang berasal dari Gujarat, India.
Para sufi itu datang dari Pulau Jawa yang banyak membawa pengaruh dari
Wali Songo. Kemudian menyusul dari ajaran-ajaran tarekat syaikh Yusu
Makassar, dll. Dari sumber ajaran Syaikh Yusuf, ada yang diterima
langsung pada saat beliau berada di Banten atau dari para pengikut
pengikutnya di Nusantara. Sedangkan dari syaikh yang lain diterima
langsung di Makkah pada saat para tuan guru dari Lombok, melaksanakan
ibadah haji dan bermukim disana beberapa tahun untuk memperdalam
ilmunya.
Para Sufi yang menyebarkan Islam yang berasal dari
pengaruh Wali Songo meninggalkan kelompok masyarakat yang kemudian
disebut Wektu Telu (Waktu Tiga) untuk membedakannya dengan yang lain,
yang telah mengalami proses Islamisasi, yaitu Islam Waktu Lima.
Ketika Raja Lombok Prabu Mumbul meninggal dunia, ia digantikan oleh
Prabu Rangkesari. Di masa pemerintahan Rangkesari ini, putera Sunan Ratu
Giri yang bernama Pangeran Prapen datang ke Kerajaan Lombok untuk
melakukan Islamisasi. Berdasarkan Babad Lombok, Islamisasi ini merupakan
upaya Raden Paku (Sunan Ratu Giri) dari Gresik untuk menyebarkan Islam
ke berbagai wilayah di Nusantara.
Pangeran Prapen melakukan
Islamisasi di Lombok dengan kekuatan senjata. Setelah orang-orang Lombok
masuk Islam, ia kemudian meneruskan upaya Islamisasi ke Bima dan
Sumbawa. Sepeninggal Pangeran Prapen, masyarakat Lombok kembali ke agama
asal, paganisme. Hal ini disebabkan kaum perempuan Lombok banyak yang
belum memeluk Islam, sehingga berhasil mempengaruhi keluarganya agar
kembali ke agama asal.
Setelah berhasil mendapatkan kemenangan
di Sumbawa dan Bima, Pangeran Prapen kembali ke Lombok. Dengan bantuan
Raden Sumuliya dan Raden Salut, Pangeran Prapen kemudian menyusun
gerakan dakwah baru untuk mengislamkan Lombok dan berhasil mencapai
kesuksesan. Seluruh pulau Lombok berhasil diislamkan, kecuali di
beberapa tempat. Masyarakat yang menolak masuk Islam kemudian menyingkir
ke gunung-gunung, atau menjadi orang taklukan.
Selain
Islamisasi, peristiwa besar lainnya yang terjadi di masa pemerintahan
Prabu Rangkesari adalah pemindahan ibukota kerajaan, dari Labuhan ke
desa Selaparang. Pemindahan ibukota ini merupakan inisiatif Patih Banda
Yuda dan Patih Singa Yuda, dengan alasan, letak desa Selaparang lebih
strategis dan aman dibanding Labuhan. Dengan berpindahnya Kerajaan
Lombok ke Selaparang, maka, kemudian kerajaan ini juga dikenal dengan
nama Kerajaan Selaparang.
Dalam uraian sebelumnya dikemukakan
bahwa, Kerajaan Selaparang terbagi dua periode yaitu (1) periode Hindu
dan, (2) periode Islam. Tampaknya, yang dimaksud dengan periode kedua
Kerajaan Selaparang (periode Islam) adalah Kerajaan Lombok yang
memindahkan ibukota ke Selaparang, sehingga disebut Kerajaan Selaparang.
Kerajaan Lombok atau Selaparang ini terus berkembang, sehingga Kerajaan
Gelgel di Bali merasa mendapat saingan. Karena itu, Gelgel yang merasa
sebagai pewaris kebesaran Majapahit kemudian menyerang Lombok
(Selaparang) pada tahun 1520 M. Namun, serangan ini berhasil digagalkan
oleh Selaparang. Dalam perkembangannya, Kerajaan Gelgel sendiri kemudian
juga mengalami kemunduran.
7. Pariwisata di pulau Lombok
Kalau kita lihat dari aspek sejarah, orang Sasak bisa jadi berasal Jawa,
Bali, Makassar dan Sumbawa. Tapi bisa juga ke empat etnis tersebut
bukan Papuk Bloq orang sasak, melainkan hanya memberi pengaruh besar
pada perkembangan Suku Sasak.
Pulau Lombok yang memiliki luas
473.780 hektare ini tak hanya menyimpan kekayaan wisata alam semata.
Bicara Pulau Lombok maka pikiran menerawang ke hamparan pantai Senggigi
yang eksotis, indah, dan menawan. Pantai berpasir putih dengan deburan
ombak kecilnya ini sayang untuk dilewatkan. Tak heran bila banyak
wisatawan mancanegara maupun wisatawan Nusantara menyinggahinya.
Lombok dalam banyak hal mirip dengan Bali, dan pada dasawarsa tahun
1990-an mulai dikenal wisatawan mancanegara. Namun dengan munculnya
krismon dan krisis-krisis lainnya, potensi pariwisata agak terlantarkan.
Lalu pada awal tahun 2000 terjadi kerusuhan antar-etnis dan antar agama
di seluruh Lombok sehingga terjadi pengungsian besar-besaran kaum
minoritas. Mereka terutama mengungsi ke pulau Bali.
Berikut beberapa objek wisata di Lombok yang sayang dilewatkan. Diantaranya: 1) Wisata Alam a) Mataram dan Cakranegara
Kota Mataram adalah ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia.
Kota Mataram terdiri dari 6 (Enam) Kecamatan yaitu Kecamatan Ampenan,
Cakranegara, Mataram, Pejanggik, Selaparang, Sekarbela, dengan 50
kelurahan dan 297 Lingkungan. Kota Mataram terletak pada 08° 33’ – 08°
38’ Lintang selatan dan 116° 04’ – 116° 10’ Bujur Timur. Selain ibukota
propinsi, Mataram juga telah menjadi pusat pemerintahan, pendidikan,
perdagangan, industri dan jasa, serta saat ini sedang dikembangkan untuk
menjadi kota pariwisata.
Keberadaan berbagai fasilitas
penunjang seperti fasilitas perhubungan seperti Bandara Internasional
Selaparang sebagai pintu masuk Lombok melalui udara, pusat perbelanjaan,
dan jalur transportasi yang menghubungkan antar kabupaten dan propinsi
inilah yang menjadi pertimbangan dalam pengembangan Kota Mataram menjadi
kota pariwisata. Mataram sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten
Lombok Barat sebelum terjadi pemekaran wilayah. Kini, ibukota Kabupaten
Lombok Barat di pindahkan ke Giri Menang Gerung.
b) Narmada
Taman Narmada, 11 kilometer di timur kota Mataram, dibangun pada tahun
1727 oleh Raja Anak Agung Gede Ngurah Karang Asem sebagai taman yang
indah sekaligus tempat untuk memuja Shiva. Kolamnya yang besar disebut
sebagai miniatur Segara Anakan, danau kawah dari gunung berapi Rinjani
dimana mereka biasanya melakukan pemujaan dengan melemparkan barang
berharga ke dalam air. Sejalan dengan orang-orang yang terlalu tua untuk
mencapai gunung setinggi 3,726 meter, mereka membuat Narmada untuk
mewakilkan gunung dan danaunya. Di dekat kolam terdapat tempat untuk
pemujaan dan mata air yang dipercaya bias membuat awet muda.
c) Pura Lingsar
Pura ini mungkin satu-satunya tempat pemujaan di dunia dimana Hindu dan
Muslim datang untuk melakukan pemujaan. Kira-kira 7 kilometer di
sebelah barat Narmada, pura ini dibangun pada tahun 1714 dan dibangun
kembali pada tahun 1878 untuk melambangkan keharmonisan dan persatuan
antara umat Bali Hindu dan Sasak Muslim di daerah tersebut, khususnya
mereka yang mentaati peraturan sekolah Islam Wetu Telu yang unik. Pura
Bali dibangun di tanah dataran tinggi, di belakang permukiman Muslim. Di
tanah yang agak rendah adalah mata air dan di halaman pura adalah
tempat diadakannya perang ketupat.
d) Pura Agung Gunung Sari
Pura besar ini berada di atas perbukitan di Gunung Sari, kira-kira
empat kilometer dari Mataram, adalah saksi sejarah perang Puputan yang
terjadi pada 22 November 1894 antara putra mahkota terakhir dari
pemimpin Bali, Anak Agung Nengah dan pengikutnya dengan para tentara
Belanda di bawah pimpinan Jendral Van der Vetter.
e) Sukarare
Ini adalah desa tempat kerajinan tenun yang terletak di sebelah selatan
Cakranegara. Lombok terkenal dengan kerajinan kain songketnya yang
indah. Penduduk di desa ini telah mewarisi kerajinan ini secara turun
temurun dari generasi ke generasi.
f) Sengkol, pujut dan Rambitan
Waktu sepertinya tidak berputar di ketiga desa yang terletak di bagian
selatan Lombok, yang menghubungkan kota mataram ke pantai Kuta. Seluruh
rumah dan bangunan dibangun dengan gaya tradisional kuno dimana
kehidupan mereka seakan-akan tidak mengikuti perubahan jaman. Padang
gersangnya yang luas terlihat mengesankan dalam ketandusannya.
g) Pantai Batu Bolong
Terletak 9 km dari pusat kota Mataram, pantai ini mempunyai batu besar
yang memiliki lubang di tengahnya. Sebuah pura berdiri menghadap selat
Lombok dan di seberangnya terlihat garis batas Gunung Agung, Bali.
Setelah berjemur, bersantai dan bersenang-senang di pantai yang indah,
cobalah untuk menunggu sampai sore untuk menyaksikan pemandangan
matahari terbenam yang menakjubkan yang pernah anda lihat ketika
matahari perlahan mulai menghilang di balik Gunung Agung dengan
warna-warnanya yang berkilauan.
h) Taman Mayura Taman
Mayura adalah salah satu peninggalan dari kerajaan Karang Asem Bali yang
dibangun oleh Rajanya A.A. Ngurah pada tahun 1744. Di tengah-tengah
kolam besar terdapat bangunan yang disebut Balai Kambang yang dulunya
dipergunakan sebagai pengadilan sekaligus juga sebagai balai pertemuan.
Anehnya, arsitektur bangunan tersebut memperlihatkan pengaruh Hindu dan
juga Islam, sedangkan di sekitar tempat itu, patung dibuat dari batu
dengan nuansa haji.
i) Pura Meru Peninggalan Kerajaan
Karang Asem yang lain adalah Pura Meru yang terletak di Cakranegara,
dekat dari Mataram. Pura ini dibangun pada tahun 1720 di bawah
pemerintahan Raja A.A. Made sebagai symbol persatuan umat Hindu di
Lombok. Beberapa bangunan juga ditemukan di dalam kompleks pura ini,
yang semuanya di desain untuk berbagai macam tujuan, termasuk 33
bangunan kecil yang terletak di sebelah pura utama.
j) Pantai Kuta
Dikenal juga dengan sebutan pantai Putri Nyale, Kuta yang terletak di
pantai bagian selatan Lombok Tengah adalah satu dari pantai di Indonesia
yang mempunyai pemandangan indah dan belum tersentuh. Dari Kuta
menempuh jarak 5 km menuju Tanjung Aan, sebuah bentangan pasir putih di
Samudera Hindia. Di sini tempat yang aman untuk berjemur dan berenang.
Lebih jauh kea rah barat adalah pantai tempat untuk para peselancar.
Setiap tahun, pada tanggal 19 di bulan kesepuluh pada kalender suku
Sasak, ketika ikan Nyale muncul ke permukaan laut, Pantai Kuta menjadi
ramai dengan berbagai macam festival.
Para nelayan berlayar ke
laut sementara para pemuda pemudi berkumpul di pinggir pantai untuk
menikmati pesta, sambil menggoda satu sama lain dan mungkin bisa
berlanjut ke hubungan yang lebih serius.
k) Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan
Gili, dalam bahasa Sasak berarti “pulau”. Ketiga pulau ini terletak
berdekatan di barat laut pulau Lombok. Di sekitar pulau dipenuhi dengan
batu karang yang indah. Gili Air, pulau yang paling dekat, bias dicapai
dengan 10 hingga 15 menit dengan perahu motor dari pelabuhan Bangsal,
dekat Pamenang.
l) Pantai Senggigi Senggigi, di selatan
Bangsal, memiliki pemandangan yang paling indah dan paling populer di
pulau Lombok dengan banyak fasilitas akomodasi yang bagus. Batu karang
tumbuh di pinggiran pantai.
m) Gunung Rinjani Gunung
Rinjani, gunung volcano yang masih aktif setinggi 3.726 meter, adalah
satu dari gunung tertinggi di Indonesia. Di dasar kawah terdapat kaldera
yang membentuk danau kawah gunung berapi Segara Anak, dikelilingi oleh
tebing-tebing yang curam. Gunung ini populer di kalangan para pendaki.
Sembalun Bumbung dan Sembalun Lawang adalah dua desa tradisional Sasak
di kaki Gunung Rinjani.
n) Tepas, Sumbawa Sebuah desa di
kaki gunung Batu Lante, 60 kilometer arah selatan Sumbawa Besar, dimana
rumah-rumah di desa ini dibangun dengan gaya arsitektur tradisional.
o) Gunung Tambora, Sumbawa
Gunung berapi Tambora dengan ketinggian 2.820 meter ini sudah tidak
aktif lagi sekarang. Terkenal dengan letusannya yang dahsyat pada 5 – 15
Juli 1815 dimana puing-puing berjatuhan, gas panas dan aliran lahar
membunuh lebih dari 12.000 orang. Lebih dari 44.000 orang meninggal
kelaparan diakibatkan oleh letusan tersebut. Di puncak gunung ini,
kaldera besarnya sekarang terdapat dua danau yang warnanya berbeda. Dari
lingkaran kawah, terlihat pemandangan dari pulau, laut, Gunung Rinjani,
dan pulau Lombok di kejauhan yang indah. Gunung ini menempati hampir
seluruh semenanjung Sanggar.
p) Pulau Moyo Pulau Moyo, di
muara teluk Saleh, mempunyai cagar alam dengan banteng liar, rusa, babi
hutan dan berbagai variasi spesies burung. Untuk datang ke pulau ini
lebih baik dilakukan pada saat musim panas yaitu antara bulan Juni
hingga Agustus.
q) Bima, Sumbawa Istana kesultanan Bima
sekarang sudah dijadikan Museum. Desa Dara berjarak dua kilometer dari
Kota Bima yang berada di sebelah timur Sumbawa, dipercaya adalah tempat
kerajaan Bima di masa lampau.
r) Sape, Sumbawa Para pembuat
kapal membuat kapal layar secara tradisional di kota pelabuhan di
pantai timur Sumbawa. Sape adalah tempat keberangkatan yang lebih dekat
untuk perjalanan ke Pulau Komodo, tempat kadal Komodo prasejarah berada.
s) Pantai-pantai
Pantai lain yang juga bagus bias anda jumpai di Talolai dan Hangawera
di bagian utara Bima dan Lunyuk di pantai selatan Sumbawa.
t) Pantai Hu’u (Kabupaten Dompu)
Pantai pasir putih yang indah terletak di Samudera Hindia. Pantai ini
terkenal dengan ombaknya yang besar dan panjang yang bagus untuk
berselancar. Pantai ini dikelilingi oleh panorama yang cantik. Jaraknya
apabila ditempuh dari Dompu sekitar 37 km, bisa ditempuh menggunakan
mobil, dan di sini terdapat akomodasi yang simpel untuk para pengunjung.
u) Pantai Ule (Kabupaten Bima)
Pantai yang tenang dengan pasir putih yang indah terletak di teluk Bima
dengan pulau kecil yang indah yang disebut Pulau Kambing. Di sini
terdapat kolam ikan dan pohon garoso (buah tropis) di sepanjang pantai.
Orang lokal biasanya menghabiskan liburan mereka di sana.
v) Pantai Wane (Kabupaten Bima)
Terletak 60 km dari kota Bima dan bisa ditempuh dengan mobil. Pantai
ini memiliki pasir putih dan ombak yang besar, cocok untuk berselancar.
2) Wisata sejarah
Di pulau Lombok terdapat beberapa tempat untuk melihat dan mengunjungi
tempat-tempat bersejarah peninggalan kerajaan Islam dan Hindu, seperti
di wilayah Kabupaten Lombok Timur terdapat bekas peninggalan kerajaan
Islam terbesar Pulau Lombok yaitu Kerajaan Islam Selaparang yang
sekarang diabadikan namanya oleh salah satu Bandara di Pulau Lombok
yaitu Bandara Selaparang. Selain itu terdapat pula peninggalan Masjid di
Kabupaten Lombok Utara pada waktu penyebaran agama Islam pertama di
Pulau Lombok yaitu Masjid Bayan Beleq, tempat ini berlokasi di Kecamatan
Bayan dan dapat di tempuh dengan kendaraan Pribadi sekitar 3 Jam.
Selain itu terdapat juga Tirta Yatra (yang merupakan peninggalan
kerajaan Karangasem).
Istana Air Mayura (Bukti bahwa perbedaan itu Indah)
Istana Air Mayura dibangun oleh Anak Agung Anglurah Made Karang Asem
pada tahun 1744. Beliau adalah seorang Raja yang membesarkan Kerajaan
Karangasem di Lombok. Dahulu tempat tersebut yangbernama Kelepuk adalah
hutan belantara yang banyak dihuni oleh ular berbisa. Sewaktu akan
membangun tempat Mayura, Raja Bali tersebut meminta bantuan kepada Raja
Makassar yang kemudian mengirimkan burung merak untuk menakut-nakuti
ular di tempat tersebut. Sehingga nama tempat tersebut diganti menjadi
Mayora, dalam bahasa sanskerta berarti burung merak. Dalam lidah orang
Lombok, berubah menjadi Mayura (dibaca Mayure).
Mayura
mempunyai 6 bangunan utama yaitu, Kolam air, Bale Loji (tempat
penyimpanan pusaka), Bale Tunggu, Bale Kambang, Pura Milu Kelepuk, dan
Pura Jagad Nata. Dalam komplek ini tersedia taman-taman yang asri dan
enak digunakan untuk bersantai. Cukup banyak muda-mudi bersantai di
sana.
Namun yang menarik adalah bangunan Bale Kambang yang
berada di tengah-tengah kolam air. Di sekitar Bale Kambang ini dihiasi
oleh patung-patung bercirikan orang muslim, yaitu Arab, Muslim Cina, dan
Jawa. patung orang Muslim tersebut berdiri di bagian Barat, Timur dan
Utara dari Bale Kambang berdampingan dengan bangunan linggih yang sangat
kental nuansa Hindu Balinya.
Bangunan Bale kambang adalah
bangunan tempat bersidang dan menerima tamu kerajaan Bali Karangasem
dulunya. Kental dengan dengan ciri-ciri Hindu, termasuk juga
ornamen-ornamen di sekitarnya. Diberi nama Bale Kambang, karena
posisinya ditengah-tengah kolam air, seakan mengambang diatas air.
Dahulu juga ada bangunan penjara di sampingnya. Namun sayang besi-besi
penjara tersebut sudah tergerus oleh air dan waktu.
Menurut
informasi yang di dapat, keberadaan patung orang Muslim di antara
bangunan Hindu tersebut adalah untuk membuktikan kerukunan di Lombok
sekaligus untuk mengenang bahwa Raja Bali dulu pernah dibantu oleh
Kerajaan Makassar yang muslim. Selain itu juga untuk mengenang bahwa
Islam dibawa masuk ke Lombok oleh orang Makassar, Arab, dan China. Untuk
yang dari China ditenggarai merupakan salah satu anggota rombongan
laksamana Ceng Ho, seorang panglima Muslim dari Cina yang sangat
terkenal. Istana Air Mayura ini menjadi peninggalan sejarah yang
selalu mengingatkan kepada kita untuk selalu hidup berdampingan dalam
perbedaan dengan saling menghormati dan menghargai.
3) Wisata Religi
Perjalanan spiritual ini adalah perjalanan persembahyangan mengunjungi
beberapa pura yang merupakan peninggalan kerajaan karangasem Lombok.
Perjalanan ini diawali dengan mengunjungi Pura Jagatnatha Mayura yang
merupakan istana Raja Karangasem Lombok, yang dibangun pada tahun 1744.
Istana ini terkenal dengan Bale Kambangnya yang berfungsi sebagai
pegadilan pada jamannya. Setelah itu perjalanan spiritual akan
dilanjutkan menuju Pura Meru yang dibangun pada tahun 1720 pada jaman
penjajahan Belanda. Pura ini juga dijadikan sebagai benteng pertahanan
pada waktu menghadapi agresi Belanda ke II. Pada saat agresi Belanda ke
II ini salah satu jendral Belanda gugur ditangan para kesatrya bali
(Lombok.) jendral Van Ham gugur ditangan para kesatrya bali yang gagah
berani. Jendral Van Ham dimakamkan dipemakaman umum umat Hindu di Karang
Jangkong Mataram.
Perjalanan dilanjutkan menuju pura Kalasa
Narmada yang sangat terkenal dengan Tirtha awet mudanya. Narmada diambil
dari salah satu nama sungai suci di India yang merupakan salah satu
anak sungai Gangga. Narmada merupakan miniature Gunung Rinjani dan
dibangun pada tahun 1805 yang oleh raja pada saat itu digunakan sebagai
istana musim kemarau. Pura Kalasa Narmada sangat erat kaitannya dengan
pura Mayura (istananya) dan gunung Rinjani. Karena waktu raja berkuasa,
selalu melakukan upacara pulang pakelem di danau Segara Anak, tepatnya
pada purnamaning sasih kalima (5) untuk memohon hujan pada Ida Sang
Hyang Widhi Wasa dan pada Bhatare Bhatari yang melingga disana. Saat
usia raja semakin lanjut, maka beliau membangun Taman Narmada sebagai
miniature gunung rinjani lengkap dengan miniature danau segara anak.
8. Wisata budaya (Perang Topat, tradisi pencerminan kerukunan beragama di Lombok)
Sore itu Jumat (12/12/08) ribuan warga Sasak (Lombok) dan umat Hindu
berbaur di Pura Lingsar, KecamatanLingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara
Barat untuk merayakan “Perang Topat” yakni tradisi saling lempar dengan
menggunakan ketupat.
Dengan menggunakan pakaian adat ribuan
warga Sasak dan umat Hindu bersama-sama dengan damai merayakan upacara
keagamaan yang dirayakan tiap tahun di Pura Lingsar tepatnya setiap
purnama ke-7 menurut kalender Sasak.
Tradisi Perang Topat yang
diadakan di Pura terbesar di Lombok peninggalan kerajaan Karangasem itu
merupakan pencerminan dari kerukunan umat beragama di Lombok. Prosesi
Perang Topat dimulai dengan mengelilingkan sesaji berupa makanan, buah,
dan sejumlah hasil bumi sebagai sarana persembahyangan dan prosesi ini
didominasi masyarakat Sasak dan beberapa tokoh umat Hindu yang ada di
Lombok. Sarana persembahyangan seperti kebon odek, sesaji ditempatkan
didalam Pura Kemalik.
Prosesi kemudian dilanjutkan dengan
perang topat, bertepatan dengan gugur bunga waru atau dalam bahasa
Sasaknya “rorok kembang waru” yakni menjelang tenggelamnya sinar
matahari sekitar pukul 17.30. Perang topat merupakan rangkaian
pelaksanaan upacara pujawali yaitu upacara sebagai ungkapan rasa syukur
umat manusia yang telah diberikan keselamatan, sekaligus memohon berkah
kepada Sang Pencipta. [Foto dan teks: Ahmad Subaidi/ANTARAMataram.com]
9. Lalu lintas
Pulau Lombok yang berada hanya beberapa mil dari Pulau Bali, dengan
penerbangan hanya 20 menit Anda sudah sampai di Pulau Kayangan atau
sebutan lain dari Pulau Lombok, terdiri dari tiga Kabupaten dan satu
Kota Madya (Mataram) : yaitu Kabupaten Lombok dengan Ibu Kotanya yang
baru di Gerung. Lombok Tengah dengan Ibu Kotanya Praya dan Lombok Timur
dengan Ibu Kotanya Selong.
Airport Selaparang terletak di
Mataram, ibu kota provinsi dan kota terbesar di pulau ini. Berbagai
macam maskapai penerbangan beroperasi dari/ke Denpasar di Bali (25 menit
penerbangan). Kapal ferry menghubungkan Pelabuhan Lembar/Lombok dengan
Pelabuhan Padang Bai/Bali dalam waktu 1.5 jam dengan speed boat atau 4-6
jam dengan ferry normal, bias juga menuju Gili langsung dari Padang
Bai. Taksi dan minivan juga menyediakan transportasi untuk ke semua
tempat di pulau.
Jalan-jalan utama kebanyakan dalam kondisi
yang sangat bagus, karena jalan-jalan kecil sering kali berbahaya untuk
mengemudi. Penyewaan motor dan mobil juga terdapat di pusat pariwisata.
10. Pembagian administratif pemerintahan Lombok termasuk provinsi Nusa Tenggara Barat dan pulau ini sendiri dibagi menjadi empat Daerah Tingkat II: 1. Kota Mataram 2. Kabupaten Lombok Barat 3. Kabupaten Lombok Tengah 4. Kabupaten Lombok Timur
5. Geografi, topografi dan demografi
Selat ombok adalah batas flora dan fauna Asia. Mulai dari Lombok ke
arah timur, flora dan fauna menunjukkan ciri-ciri khas Australia.
Ilmuwan yang pertama kali menyatakan hal ini adalah Alfred Russel
Wallace, seorang Inggris di abad ke-19. Untuk menghormatinya maka batas
ini disebut Garis Wallace.
Topografi pulau ini didominasi oleh
gunung berapi Rinjani yang ketinggiannya adalah 3.726 meter di atas
permukaan laut dan membuatnya yang ketiga tertinggi di Indonesia. Daerah
selatan pulau ini adalah sebuah ladang terbuka bebas yang subur dan
ditanami dengan jagung, padi, kopi, tembakau dan kapas.
Sekitar
80% penduduk pulau ini adalah suku Sasak, sebuah suku bangsa yang masih
dekat dengan suku bangsa Bali, tetapi sebagian besar memeluk agama
Islam. Sisa penduduk adalah orang Bali, Jawa, Tionghoa dan Arab.
Mungkin cuma itu yang bisa saya bagiin,,sobat blogger,tentang kebudayaan dan asal usul terjadinya pulau lombok,,tunggu postingan berikutnya ya?,,
0 Komentar untuk "Sejarah dan Asal usul Lombok"
Ketentuan ketentuan berkomentar di blog Cah Lombok :
1.Dilarang keras mencantumkan link aktif pada komentar!! 2.Komentar tidak keluar dari materi yang di posting dan masuk akal. 3.Dilarang promosi atau memasarkan sebuah produk!! 4.Jika hal hal tersebut dilanggar maka komentar dianggap spam.
0 Komentar untuk "Sejarah dan Asal usul Lombok"
Ketentuan ketentuan berkomentar di blog Cah Lombok :
1.Dilarang keras mencantumkan link aktif pada komentar!!
2.Komentar tidak keluar dari materi yang di posting dan masuk akal.
3.Dilarang promosi atau memasarkan sebuah produk!!
4.Jika hal hal tersebut dilanggar maka komentar dianggap spam.